
Refreshing Laboratorium Entomologi, "Metode Jaring Penghalang (Barrier Screens) sebagai Alternatif
Balai Litbangkes Baturaja kembali menggelar kegiatan refreshing laboratorium bagi peneliti dan teknisi litkayasa pada Kamis (09/12) pagi. Refreshing kali ini dibawakan oleh laboratorium Entomologi yang mengangkat tema "Metode Jaring Pengahalang (Barrier Screens) sebagai Alternatif Koleksi Nyamuk Anopheles". Kegiatan refreshing ini bertujuan untuk memberikan penyegaran kembali kepada para peneliti dan teknisi litkayasa tentang kegiatan teknis entomologi seperti identifikasi spesies nyamuk, teknik survei, uji bioassay dan sebagainya.
Kegiatan yang berlangsung di Aula Balai Litbangkes Baturaja tersebut dibuka oleh Bapak Yahya, SKM., M.Si., selaku moderator acara. Selanjutnya, peneliti dan litkayasa yang hadir memperoleh paparan materi yang disampaikan oleh Bapak Lasbudi P. Ambarita, M.Sc., peneliti madya sekaligus koordinator laboratorium Entomologi.
Dalam paparannya, ia menerangkan bahwa penggunaan jarring penghalang/JP (barrier screen) diajukan sebagai metode alternatif untuk mengoleksi nyamuk. Prinsip kerja JP yakni dengan menghalangi nyamuk terbang dari habitat nyamuk Anopheles ke pemukiman warga sehingga nyamuk yang hinggap dapat ditangkap oleh kolektor.
Ia juga menjelaskan bahwa berdasarkan beberapa riset yang pernah dilakukan, salah satunya yang berjudul “Using barrier screens to characterize mosquito composition, flight activity, and abdominal status in South Lampung, Indonesia”, apabila JP ditempatkan dengan tepat, maka kolektor dapat menangkap nyamuk yang bersifat zoofilik, antropofilik, serta oportunistik. Kemudian, secara keseluruhan, 34% Anopheles dan 10% Culex yang tertangkap dalam kondisi kenyang darah. Penggunaan JP memiliki keunggulan yakni waktu koleksi yang lebih singkat, lebih banyak nyamuk yang tertangkap, mudah diaplikasikan, dan ekonomis. Akan tetapi, penggunaan JP memiliki beberapa keterbatasan seperti nyamuk dengan pola terbang tertentu tidak dapat masuk ke JP sehingga penggunaan JP tidak efektif, nyamuk dengan ketinggian terbang lebih dari 2 meter dapat melewati JP, dan nyamuk yang hanya hinggap kemudian melewati JP sebelum sempat dikoleksi.
Dari paparan tersebut Bapak Lasbudi menyimpulkan bahwa JP mampu mengkoleksi nyamuk zoofilik maupun antropofilik, penggunaan metode JP cukup efektif untuk mengkoleksi nyamuk kenyang darah, cenderung ekonomis dan dapat meminimalisir bias, serta penempatan JP yang tepat mempengaruhi hasil penangkapan sehingga perlu dilakukan survei awal (habitat, drone, dan sebagainya)
Sebelum penutupan, panitia kegiatan refreshing laboratorium Entomologi mengadakan Refreshing Quiz, yakni kuis mengenai materi yang baru saja diberikan. Meskipun pemenang kuis hanya dibatasi untuk 3 orang, tetapi semua peserta yang hadir berpartisipasi dengan mengisi jawaban di kertas yang telah dibagikan. Pada akhirnya, terpilih 3 pemenang dari kuis tersebut yakni Ibu Marini, S.Si sebagai juara pertama, Ibu Rahayu Hasti Komaria, SKM., sebagai juara kedua, dan Ibu Katarina Sri Rahayu sebagai juara ketiga. (df)