
Surveilans Vektor Dengue di Tempat-Tempat Umum Wilayah Perlintasan
Penyakit dengue atau disebut demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit berbasis lingkungan dan perilaku dan sangat berkaitan dengan mobilitas masyarakat. Seiring dengan moda transportasi yang sudah semakin banyak tersedia yang mengakomodir tuntutan mobilitas masyarakat maka semakin meningkatkan risiko penularan dan penyebaran penyakit menular khususnya infeksi dengue. Penularan dapat terjadi baik secara horisontal maupun vertikal. Penularan secara vertikal terjadi terutama pada nyamuk vektor dengue dimana virus dengue dapat diturunkan pada stadium berikutnya yaitu telur dan pada perkembangan selanjutnya (larva, pupa dan dewasa). Penularan secara horizontal terjadi pada 2 pola yaitu dari nyamuk (infektif) kepada manusia sehat atau sebaliknya manusia infektif virus digigit oleh nyamuk non-infektif.
Distribusi atau penyebaran virus sangat dipengaruhi oleh mobilitas manusia selain juga dipengaruhi oleh jangkauan terbang nyamuk, namun jangkauan terbang nyamuk cukup terbatas sehingga mobilitas manusia lebih mempengaruhi penyebaran virus dengue. Penyebaran virus dengue dari wilayah satu ke wilayah lain dapat terjadi melalui moda transportasi. Moda transportasi darat seperti bus antar kota melakukan perjalanan melalui lebih dari 1 kota/wilayah dan dalam perjalanannya sering melakukan transit pada tempat-tempat khusus untuk keperluan tertentu seperti di rumah makan, tempat ibadah, terminal, tampal ban dan lain sebagainya. Ketika melakukan transit inilah berpeluang terjadinya perpindahan virus dimana perpindahan virus dapat terjadi baik dari nyamuk infektif di tempat-tempat khusus tersebut ke pelaku perjalanan ataupun dari pelakukan perjalanan (penderita asimptomatik) ke nyamuk non-infektif setempat.
Penyakit dengue ditetapkan sebagai salah satu penyakit yang berpotensi dapat menimbulkan wabah dan kejadian luar biasa seperti yang tertuang pada Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan mendefinisikan kejadian luar biasa (KLB) sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
Konkrit yang dilakukan dalam kegiatan surveilans vektor dengue pada tempat-tempat khusus di wilayah perlintasan moda transportasi antara lain identifikasi tempat-tempat khusus sebagai tempat transit moda transportasi antar kota, sampling vektor dengue stadium pradewasa, pencatatan informasi terkait keberadaan vektor, pengumpulan data PSP pada tempat-tempat khusus serta melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi keberadaan virus dengue pada vektor yang disampling serta mengidentifikasi jenis serotipe dengue.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui distribusi vektor Dengue pradewasa (jentik dan pupa) di tempat-tempat umum di wilayah perlintasan yang dilewati oleh pelaku perjalanan dari dan ke luar kota/kabupaten sekaligus mengkaji potensi penularan dengue di wilayah ini. Sasaran tempat-tempat umum yang diobservasi antara lain rumah ibadah, rumah makan, minimarket swalayan, terminal, loket bus/travel, tempat tampal ban, stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), stasiun dan lain sebagainya.
Tahapan kegiatan survei vektor dengue perlintasan (SVDP) antara lain survei/sampling vektor pradewasa dan memetakan habitat perkembangbiakannya, pemeliharaan sampel vektor di laboratorium serta deteksi virus dengue dengan metode real-time-PCR.
Hingga akhir bulan Juli 2024 sudah dilakukan survei di 2 Provinsi (masing-masing terdiri dari 3 kabupaten/kota) yaitu Sumatera Selatan dan Jambi. Hasil observasi terhadap tempat-tempat umum secara umum dari 6 kabupaten/kota yang disurvei diketahui jenis-jenis kontainer yang ditemukan vektor pradewasa antara lain ban bekas, bak, bak WC, drum, ember, barang bekas tidak terpakai (berbahan plastik maupun metal), pot (bagian dalam maupun alas) serta ketiak daun.
Tempat-tempat umum yang ditemukan positif vektor pradewasa antara lain rumah makan, rumah ibadah, loket bus/travel, terminal, stasiun, minimarket swalayan, SPBU, bengkel serta tempat tampal ban. Kontainer yang dominan diobservasi serta ditemukan vektor pradewasa yaitu ban bekas (77%) diikuti ember dan drum. Ban bekas tidak hanya ditemukan di tempat tampal ban namun juga ditemukan di loket bus/travel, terminal, rumah makan dan stasiun. Ban bekas menjadi tempat yang cukup ideal sebagai habitat perkembangbiakannya karena memiliki karakteristik antara lain dapat menampung air cukup lama sehingga stadium akuatik dapat menyelesaikan perkembangannya, bahan karet bukan penghantar panas sehingga suhu dalam ban relatif tidak tinggi, serta minim kehadiran predator.
Upaya untuk meminimalisir ban bekas menjadi habitat vektor dengue perlu dilakukan oleh dinas Kesehatan sebagai leading sector dan didukung oleh sektor lainnya khususnya pemerintah daerah (Camat dan Lurah/Kepala Desa) sebagai penyelenggara pemerintahan.(df/lpa)