Stop Stigma Negatif Covid-19 Bukan Aib dan Bisa Disembuhkan

Angka kasus Covid-19 di Indonesia belum menunjukkan adanya penurunan hingga saat ini. Muncul stigmatisasi yang cukup mengkhawatirkan di masyarakat, yaitu stigma sosial atau asosiasi negatif yang saat ini banyak dialami oleh para penderita Covid-19 dan keluarganya, baik itu yang masih isolasi mandiri maupun para penyintas Covid-19. Fakta mengkhawatirkan ini disampaikan oleh @laporcovid19 melalui hasil survei bersama Kelompok Peminatan Intervensi Sosial Fakultas Psikologi UI pada Agustus 2020 lalu.

Stigmatisasi yang dialami oleh para penderita Covid-19 yang sering terjadi di masyarakat ini diterima dalam berbagai wujud, seperti menjadi bahan gosip, dikucilkan, diusir, hingga dilarang menggunakan fasilitas umum. Sementara para penderita Covid-19 atau penyintas Covid-19 beserta keluarganya ini sebenarnya sangat membutuhkan dukungan dan motivasi dari orang-orang sekitar mereka. Semakin merebaknya stigmatisasi pada penderita akan memperburuk kondisinya secara mental atau psikisnya. Berikut beberapa reaksi psikologis penderita covid akibat stigma sosial :

  1. Cemas berlebihan: rasa tidak pasti tentang penyakit yang diderita, cemas dengan gejala yang dialami, cema dengan ancaman kematian
  2. Depresi: merasa sedih, tak berdaya, merasa rendah diri, merasa bersalah, merasa tak berharga, putus asa, keinginan untuk bunuh diri, menarik diri dari lingkungan sosial, sulit tidur dan hilang nafsu makan
  3. Merasa terisolasi dan kurang nya dukungan sosial
  4. Merasa marah pada diri sendiri dan orang lain
  5. Merasa takut bila ada orang yang mengetahui penyakit yang diderita

Stigmatisasi atau stigma sosial bisa berdampak negatif dan dapat merusak hubungan sosial individu. Stigmatisasi dapat menjadi kendala dalam upaya penanggulangan Covid-19, karena dengan adanya stigma tersebut tak sedikit pasien yang menjadi lebih menutup diri sehingga menyulitkan petugas dalam penangangan Covid-19, seperti penelusuran kontak erat menjadi sulit dilakukan karena pasien jadi tidak jujur. Selain itu, di masyarakat sendiri terjadi kecenderungan untuk merahasiakan kondisi ataupun gejala yang dialaminya karena takut akan mengalami stigma sosial. Hal lain yang juga menghambat penanganan Covid-19 yaitu munculnya kelompok-kelompok anti test Covid-19 karena takut dikucilkan dari masyarakat yang berakibat pada penyebaran kasus yang tidak terkontrol lagi.

Apa yang sebaiknya kita lakukan untuk menghindari stigmatisasi penderita ataupun penyintas Covid-19:

  1. Jangan berbagi ketakutan dan kepanikan kepada orang lain
  2. Tunjukkan empati dan kasih saying kepada penderita dan keluarganya
  3. Pelajari lebih banyak informasi terkait Covid-19
  4. Pelajari apa yang perlu dilakukan untuk membantu bangkit kembali (selalu berpikir positif, perbanyak aktifitas, usahakan selalu berada di lingkungan orang-orang yang mendukung)
  5. Memperluas akses dukungan psikososial/kesehatan mental/kesehatan jiwa
  6. Berikan dukungan social kepada penderita dan keluarga dapat berupa dukungan emosional seperti ekspresi yang menenangkan atau membuat seseorang merasa berharga, dukungan appraisal, misalnya memberikan nasihat, informasi dan panduan, dukungan instrumental dalam bentuk materi seperti pemberian bingkisan

(sumber: @dr.muslimkasim)

Stigma tidak hanya merugikan penderita/penyintas Covid-19, tetapi juga dapat merugikan kita semua. Walaupun Covid-19 bisa disembuhkan dan dicegah penyebarannya melalui isolasi mandiri dan menerapkan 5M (Memakai masker yang baik dan benar, Rajin mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak minimal 1-2 meter dari orang sekitar, Menjauhi kerumunan saat berada di luar rumah dan Mengurangi mobilisasi bila tidak ada keperluan yang mendesak), namun dengan adanya stigmatisasi dapat menjadi hambatan penanggulangan Covid-19 tersebut.

Mencegah dan menghentikan stigma sosial di sekitar kita tidak sulit bila kita semua bersatu padu dengan komitmen bahwa kita tidak akan menyebarkan prasangka dan kebencian pada kelompok tertentu yang terkait dengan Covid-19. Kita semua dapat ikut berperan untuk meminimalisir stigma sosial di lingkungan kita dalam upaya bersama untuk menanggulangi pandemi Covid-19 ini.(ma)